Rabu, 29 Februari 2012

Laporan Kuliah Lapangan


LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM I


Description: C:\Aditya_FMB 28+++\Images+++\Lambang+++\Logo_UNSRIB.jpg


OLEH
NAMA                       : ADITYA YULISTIO
NIM                            : 08111004002
KELOMPOK            : I ( SATU )
ASISTEN                   : MARGARET PRICILIA


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM I


OLEH

Aditya Yulistio
NIM. 08111004002

Telah disetujui dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester Praktikum Biologi Umum I.

                                                                                    Indralaya,         Desember 2011
Mengetahui.
Asisten




Margaret Pricilia
NIM. 08081004003

Dosen Pembimbing II                                               Dosen Pembimbing I


Dra.Nita Aminasih, M.Si                                          Doni Setiawan, S.Si. M.Si
NIP. 196205171993032001                                       NIP. 198001082003121002







KATA PENGANTAR

            Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan akhir Praktikum Biologi Umum I dengan tepat waktu.
            Laporan akhir Praktikum Biologi Umum I ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas akhir yang telah dilaksanankan pada semester ganjil dan sebagai syarat untuk mengikuti pelaksanaan Ujian Akhir Semester Praktikum Biologi Umum I.
            Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Praktikum Biologi Umum I yaitu Bapak Doni Setiawan, S.Si. M.Si dan Ibu Dra. Nita Aminasih, M.Si yang telah mengarahkan kami selama praktikum, terutama juga kepada asisten yang telah membantu penulis pada saat melakukan praktikum, dan oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Mbak Margaret Pricilia dan juga asisten-asisten lainnya.
            Penulis menyadari bahwa penulisan laporan Praktikum Biologi Umum I masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, namun dalam hal ini penulis telah semaksimal mungkin untuk menyelesaikan laporan ini secara cermat. Oleh karena itu mohon kiranya dapat dimaklumi, selain itu juga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis demi terciptanya hasil laporan yang maksimal.
            Akhir kata “ Tiada gading yang tak retak “. Demikian kata pengantar yang dapat penulis sampaikan, atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.


Indralaya,       Desember 2011





      Penulis







DAFTAR ISI


Halaman Judul……………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan………………………………………………………….. ii
Kata Pengantar……………………………………………………………….. iii
Pendahuluan………………………………………………………………….. iv

I.          Mikroskop dan Penggunaanya
II.        Mengenal Struktur Sel Hewan  dan Tumbuhan
III.       Mengenal Jaringan Hewan
IV.       Mengenal Jaringan Tumbuhan
V.        Morfologi Tumbuhan
VI.       Morfologi Hewan
VII.     Difusi, Osmosis, dan Plasmolisis
VIII.    Hewan Invertebrata

Daftar Pustaka
Lampiran Gambar
Daftar Pustaka Percobaan
Cover Percobaan












PENDAHULUAN

            Biologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makhluk hidup. Melalui mempelajari biologi, manusia belajar mengenali dan memahami dirinya sendiri maupun makhluk hidup yang lainnya. Objek yang menjadi kajiannya sangat banyak, yaitu semua yang berkaitan dengan makhluk hidup, baik pada tingkatan molekul, sel, jaringan, organ, sistem  organ, individu, populasi, ekosistem, maupun bioma. Ibarat sebatang pohon, biologi merupakan pohon ilmu yang sangat besar yang memiliki cabang-cabang  ilmu dan tiap cabang biologi yang telah berkembang, diantaranya adalah seperti yang disebutkan berikut ini Zoologi, Botani, Fisiologi, Anatomi, Genetika, Mikrobiologi, Bakteriologi, Mikologi, Evolusi, Biologi Molekuler, dan masih banyak lagi.
            Pada Praktilum Biologi Umum I ini materinya adalah Mikroskop dan Penggunaanya, Mengenal Struktur Sel Hewan  dan Tumbuhan, Mengenal Jaringan Hewan, Mengenal Jaringan Tumbuhan, Morfologi Tumbuhan, Morfologi dan Anatomi Hewan, Difusi, Osmosis, dan Plasmolisis, Hewan Invertebrata, Tumbuhan Tingkat Rendah, dan Keanekaragaman Serangga. Pada praktikum Mikroskop dan Penggunaanya dapat kita ketahui bahwa mikroskop adalah alat bantu yang memungkinkan kita untuk dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil.
            Pada praktikum Mengenal Struktur Sel Hewan  dan Tumbuhan dapat kita ketahui bahwa terdapat berbagai jenis sel tumbuhan. Misalnya, jenis sel tumbuhan yang mampu menghasilkan materi kimia tertentu seperti materi hasil fotosintesis . Sementara itu, ada jenis sel yang menghasilkan materi lilin. Ada juga jenis tumbuhan tertentu  yang berfungsi selagi hidup, misalnya kloroplas. Namun ada juga jenis sel tumbuhan yang justru berfungsi setelah mati.
            Pada praktikum Mengenal Struktur Sel Hewan dan Tumbuhan dapat kita ketahui bahwa dalam sel berlangsung semua kehidupan, seperti respirasi, ekskresi, transportasi, dan sintesis. Sel adalah unit terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup dan merupakan tempat terselenggaranya fungsi kehidupan. Oleh karena itu, mekanisme kehidupan dapat dipelajari pada tingkat sel.
            Pada praktikum Jaringan Hewan dapat kita ketahui bahwa tubuh hewan terdiri dari jaringan-jaringan atau sekumpulan sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan karena mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan otot jantung yang lainnya. Membantu konsentrasi sel-sel  dalam satu koordinasi. Ilmu yang mempelajari jaringan adalah histologi.
            Pada praktikum Jaringan Tumbuhan dapat kita ketahui bahwa terjadinya jaringan tumbuhan karena adanya atau berlangsungnya pembelahan dari sel-sel, yang dalam hal ini sel-sel yang tetap terjadi melakukan hubungan-hubungan yang erat yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, pembentukan-pembentukan jaringan tersebut sangat erat hubungannya pula dengan pembentukan berbagai alat pada tumbuhan seperti akar, batang, daun, bunga, buah, dan lain-lain.
            Pada praktikum Morfologi Tumbuhan dapat diketahui bahwa ilmu yang mempelajari struktur organ tumbuhan baik akar, batang, daun, bunga maupun bijinya. Pada dasarnya tumbuhan terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu akar (radiks), batang (caulis), dan daun (folium). Akar merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai menyerap air dan unsur-unsur hara serta untuk menopang tegaknya tumbuhan. Batang merupakan tempat mengangkat air mineral yang didapat dari dalam tanah dan menyebarkan ke seluruh tubuh tumbuhan. Daun merupakan bagian vegetatif dari tumbuhan, dimana proses fotosintesis dapat berlangsung.
            Pada praktikum Morfologi dan Anatomi Hewan dapat diketahui bahwa setiap makhluk hidup mempunyai bentuk ataupun struktur sendiri yang dimilikinya. Bentuk yang dimiliki disesuaikan dengan keadaanya, makanannya, maupun habitatnya. Pengamatan morfologi adalah salah satu bentuk pengamatan dimana dilihatnya suatu objek berdasarkan bentuk keadaan di luar tubuh atau yang tampak pada bagian luar.
            Pada praktikum Difusi, Osmosis, dan Plasmolisis dapat diketahui bahwa difusi adalah proses perpindahan suatu zat dari tempat dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah . Sedangkan osmosis adalah proses perpindahan molekul air melalui membran semi permeable dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi.
Sedangkan plasmolisis adalah proses mengerutnya membran sitoplasma karena air keluar dari vakuola oleh larutan yang bersifat hipertonis.
            Pada praktikum Hewan Invertebrata dapat diketahui bahwa invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Ciri-ciri dari hewan yang tidak bertulang belakang adalah mempunyai sistem peredaran darah yang terbuka. Penggolongan hewan didasarkan pada kesamaan struktur dan fisiologisnya. Dalam hubungan ini ada keempat kriteria, yaitu pola simetri tubuh, bentuk tubuh, rongga tubuh, perbedaan perkembangan embrio, dan aspek tertentu yang dianggap penting.
           

























DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2008. Invertebratae. Jakarta : Pustaka Media.
Campbell, Reece and Mitchel. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Dwidjoseputro. 1998. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia.
Kamajaya. 1996. Sains Biologi. Bandung : Ganesha Exact.
Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi Kelima Penerjemah Amin Kusjaya. Jakarta :
         Erlangga.
Kusnadi, dan Didip P. 2005. Biologi Jilid I. Jakarta : Piranti Darma Kalokata.
Maryati, Sri. 2007. Mikroskop dan Cara Penggunaannya. Solo : Pustaka Media.
Pratiwi, D.A. 2007. Struktur Sel Hewan dan Sel Tumbuhan. Surabaya : Setiabudi.
Setiawan, Doni. 2011. Penuntun Praktikum Biologi Umum I. Palembang : Jurusan
         Biologi FMIPA UNSRI.
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam Penerjemah Tedjo
         Baskoro. Jakarta : Gajah Mada University Press.
Srikini. 2007. Jaringan Hewan dan Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Suharno. 2007. Morfologi Hewan dan Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Sutarno, N. 2001. Biologi Untuk Mahasiswa TPB. Bandung : Jurusan Pendidikan
         Biologi FPMIPA IKIP.

Menguji Varietas Kacang Merah

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Populasi adalah suatu kelompok individu yang terlokalisir yang digolongkan sebagai spesies yang sama. Spesies adalah suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur dialam bebas. Suatu populasi mungkin terisoilasi dari populasi lain dari yang berspesies sama. Namun demikian, populasi juga tidak selalu terisolasi. Individu yang berada dekat dengan pusat populasinya, secara rata-rata, lebih erat hubungan kekerabatannya satu sama lain dibandingkan dengan anggota populasi lainnya (Campbell 2002 :21-22).
Bidang genetika yang mempersoalkan konsep-konsep populasi dikenal sebagai genetika populasi. Kita tidak saja merupakan individual-individual biologis dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh konstitusi genetic kita sendiri, tetapi juga merupakan anggota suatu kelompok organisme hidup. Konstitusi genetik kolektif dari suatu populasi dinyatakan sebagai suatu pusat gen (gen pool). Perhatian kita kepada sifat pusat-pusat gen didasarkan fakta bahwa frekuensi gen-gen yang merugikan merupakan keresahan khusus bagi anggota-anggota suatu populasi. Perkiraan mengenai frekuensi gen menghasilkan informasi terhadap bahaya pembelahan dan ekspresi mutasi-mutasi ini oleh individual–individual anggota populasi itu bagi generasi-generasi yang akan datang  (Afandi 1995 : 72).
Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan evolusi dalam populasi  (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman) secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling beda dan berlainan  pula dari salah satu tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”, maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman ciri-ciri teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya dan bahkan orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis (Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi), atau kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi tak lengkang atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum untuk mengetahui variasi ukuran yang terjadi pada kacang merah.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kumpulan gen pada suatu populasi dalam periode tertentu disebut kumpulan gen (gene pool) populasi itu. Kumpulan gen ini terdiri atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang menyusun populasi tersebut. Para ahli genetika populasi menggunakan istilah struktur genetic untuk menyatakan frekuensi alel dan genotipe dalam populsi. Kumpulan gen lebih kompleks dijelaskan oleh teorema Hardy-weinberg yang diambil dalam nama dua sintis yang secara terpisah menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. teoritis tersebut menyatakan bahwa frekuensi alel dan genotif dalam kumpulan gen dalam suatu populasi tetap konstan selama beberapa  generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen lain sebagai rekombinasai seksual. Dengan kata lain, pergeseran seksual auatu alel akibat melodis dan fertilisasi acak tidak akan berpengaruh pada keseluruhan struktur metosis suatu populasi (Campbell 2002 :21-22).
Sebelum Mendel sesungguhnya sudah banyak juga dilakukan pengamatan genetik terhadap berbagai tanaman, yang tujuannya untuk mendapat varietas buah dan sayur yang lebih bermutu dan menghasilkan banyak. Tetapi mereka belum mencapai suatu rumusan khusus utnuk suatu macam karakter. Mereka hanya bisa menyebut bahwa suatu karekter itu bersifat hereditas atau hanya bersifat pengaruh lingkungan (modifikasi) atau suatu karekter yang hereditas itu lebih kuat dari yang lain
(Wildan 1986:73).
Keputusan Mendel untuk bekerja dengan ercis sangat tepat. Tanaman ini kuat dan tumbuh cepat. Sebagaimana pada banyak tanaman polong, daun bunganya seluruhnya menutupi organ-organ seksnya. Benang sari menghasilkan serbuk sari (yang membawa gamet-gamet) jantan) dan putik menghasilkan gamet-gamet betina yaitu telur. Walau kadang-kadang serangga dapat masuk kedalam organ-organ seks, namun biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Mendel dapat membuka kuncup-kuncupnya dan membuang benang sari sebelum menjadi masak. Kemudian dengan menyapu-nyapukan serbuk sari dari tanaman lain pada putik, maka dapat berlangsung penyerbukan silang (Kimball 1998:220).
Pilihannya atas ercis tepat juga karena terdapat banyak varitas yang berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan (setelah kering) biji-biji keriput. Yang lain menghasilkan biji-biji mulus, bulat. Beberapa lagi bijinya membentuk kotiledon hijau (organ penyimpan makanan), yang lain, biji kotiledon kuning. Beberapa membentuk polong hijau yang lain polongnya kuning. Ciri-ciri berpasang-pasangan ini dipilih Mendel untuk ditelaah karena demikian mudah dibedakannya dan karena dari generasi kegenerasi tanaman itu “bred true” artinya selama dipelihara secara penyerbukan sendiri yang biasa, varietas-varietas ini terus menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya dalam sifat-sifat yang sedang ditelaah (Kimball 1998:220).
Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis Mendel ini, yatiu ukuran daun dan ukuran bunga. Secara bijaksana diabaikan sifat-sifat ini dalam telaahnhya karena dapat menyukarkan pilihan dalam klasifikasinya. Ercis menghasilkan biji bulat atau biji keriput tidak ada tipe-tipe perantara. Sebaliknya, ukuran daun bunga sangat beragam. Tidak hanya dua kategori berbeda. Jadi keputusan mendel untuk membatasi jangkauan percobaannya tentu saja merupakan factor penting dalam keberhasilannya.
Hukum Mendel I : “Pemisahan gen Alel”. Dalam bahas Inggris disebut segregation of allelic genes. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet tindividu yagn memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Hukum ini disebut juga hukum Segregasi. Berdasarka percobann menyilangkan  2 individu yagn memiliki karakter berbeda : Monohibrid (Wildan 1986 :74).
Hukum Mendel II : “Pengelompokan secara bebas”. Dalam bahasa Inggris Independent assortment of genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi lemasing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda (Wildan 1986 : 74).
Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan evolusi dalam populasi  (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman) secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling beda dan berlainan  pula dari salah satu tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”, maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman ciri-ciri teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya dan bahkan orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis (Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi), atau kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi tak lengkang atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)










BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 9 Maret 2007 pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain : Jangka sorong (ketelitian 0,05 mm), Kertas grafik, kantung plastik, kacang merah, spidol dan timabangan OHAUS centogram (ketelitian 0,01 gram).

3.3. Cara Kerja

Bagilah kertas grafik dijadikan 25 bagian dengan spidol, panjang dibagi 10, lebar 5. diberi nomor pada tiap kotak mulai 1-25, kemudian diberi nomor pada kacang merah mulai dari 1-25. Panjang diukur (dalam mm) pada kotak dengan nomor yang sesuai, kemudian  kacang yang telah diukur diletakkan pada kotak tadi. kemudian 10 kacang dari nomor 1-10 ditimbang, dan beratnya dicatat (dalam gram) pada kotak yang sesuai dengan nomornya.

3.4        Analisis Data

       Metode Praktikum kali ini menggunakan metode Kuantitatif.







































4.2.Pembahasan

Dari hasil penimbangan perhitungan, dan analisis pada percobaan, menentukan variasi ukuran kacang merah  (ercis) yang menggunakan 125 variasi panjang  yang menghasilkan 7 sampel dan 50 variasi berat yang menghasilkan 5 sampel dapat disimpulkan  bahwa adanya variasi sinambung suatu sifat  dalam populasi (populasi kacang merah) jadinya dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalikannya adalah beberapa pasang gen, yang efek-efeknya digabung bersama (teori tentang pewarisan pilogenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ekstrim disilangkan, maka keturunannya bersifat intermediet. Bila dua tipe intermediet disilangkan, kebanyakan keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe ekstrim juga ada hasil persilangan acak dalam populasi besar akan merupakan dalam kisaran  luas tipe-tipe dengan jumlah terbesar  dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil pada ekstrim-ekstrimnya. Ketika efek ini sebenarnya diamati terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada makhluik hidup (Campbel 2002:229).
Pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak bergantung  pada pewarisan lainnya (hukum penilaian bebas). Demikian juga bila dua pasang gen  yang bersangkutan terdapat pada kromosom-kromosom terpisah atau agak  berjauhan pada kromosom yang  sama beberapa  sifat secara aditif  dikendalikan oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan pilogenik  atau faktor berganda sedemikian itu merupakan  kekhasan sifat yang menimbulkan variasi, sebagai contoh berat tubuh yang  cenderung  beragam dalam suatu cara yang  sinambung dari suatu ekstrim  kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai satu fenotif  diantara ekstrim-ekstrimnya (Campbell 2002:229-230).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dinamakan bersifat homozigot terhadap alelnya, sebaliknya sesuatu dengan alel yang lain berbeda, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi) atau kedua-dua alel itu dapat berpengaruh terhadap pengaruhnya (dominasi tidak lengkap) (Campbell 2002:229).
Arti dari perbandingan panjang atau berat yang harganya besar bila dibandingkan dengan yang harganya kecil dari 125 variasi panjang yang menghasilkan 7 sampel dan 50 variasi berat yang menghasilkan 5 sampel adalah pasangan alel dari yang harganya besar merupakan alel homozigot terhadap pasangan alel yang berasal dari harganya kecil adalah pasangan alel heterozigot sehingga perbandingan panjang atau berat harganya ada yang besar dan ada yang kecil (Campbell 2002 : 229).





















BAB V
KESIMPULAN


Dari hasil praktikum Biologi Umum II yang berjudul Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah yang telah dilaksanakan kita dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
  1. Dalam suatu populasi terdapat banyak variasi ukuran, khususnya pada kacang merah (Phaseolus vulgaris) mempunyai variasi ukuran panjang dan berat yang berbeda pada setiap biji.
  2. Pada kacang merah banyak terdapat variasi yang berlainan baik dari segi ukuran maupun dari segi berat.
  3. Didalam populasi kacang merah terdapat adanya variasi sinambung suatu sifat yang dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalikannya adalah beberapa pasang gen.

















DAFTAR PUSTAKA


Apandi Muchida.1997. Dasar Genetika Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta
Campbell,Reece Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga : Jakarta
Kimball, J.W. 1998. Biologi Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta
Kusdiharti. 1996. Genetika Tumbuh-Tumbuhan. UGM : Yogyakarta
Gardener, Simons, Snutad. 1996. Principle Of Genetics. John Wily and Sars Inc : Canada
Yatim, Wildan. 1986.Genetika. Tarsito : Bandung.











ABSTRAK


Praktikum yang berjudul “ Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah “ bertujuan untuk mengetahui panjang dari 125 kacang, dan berat dari 50 kacang. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2006 pukul 10.30-13.00 WIB. Bertempat di laboraturium Zoologi, jurusan Biolgi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, mistar, timbangan OHAUS, spidol, kertas grafik, kantong plastik, dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan adalah 125 kacang memiliki ukuran yang berbeda dan dari 50 kacang memiliki berat yang berbeda, yang tercangkup dalam kelompok masing-masing. Namun dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari banyak kacang merah yang diamati banyak terdapat variasi yang berbeda. 




Reproduksi Hewan


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
REPRODUKSI HEWAN



Description: UNSRIB











OLEH :


NAMA                        :  ADITYA YULISTIO

NIM                            :  08111004002

KELOMPOK             :  VIII (DELAPAN)
ASISTEN                   :  DIAN OCTARINA



LABORATORIUM ZOOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2011/ 2012

ABSTRAK
            Praktikum yang bejudul “Reproduksi Hewan” yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari organ reproduksi pada beberapa jenis hewan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2012, pukul 13.15 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, dan pinset sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah Cyprinus carpio, Mus musculus, dan Rana sp. Kesimpulan yang didapat adalah organ reproduksi pada hewan terdiri atas uterus, tuba fallopi, skrotum, ovarium, vas deferens, gonad, duktus dan testis.

























BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru (Fujaya 2004: 151).
Perkembangbiakan hewan dapat dibedakan menjadi perkembangbiakan secara generatif dan secara vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya peristiwa perkawinan, yaitu peleburan sel sel kelamin  atau gamet. Pada hewan tingkat tinggi, sel sel kelaminnya dapat dibedakan menjadi sel kelamin jantan atau spermatozoa dan sel kelamin betina atau sel ovum. Perkembangbiakan secara vegetatif tidak memerlukan sel kelamin dan terjadi pada hewan tingkat rendah. Adapun yang termasuk perkembang biakan secara vegetatif pada hewan antara lain pembelahan diri, pembelahan tunas, dan fragmentasi (Srikini 2008: 37).
Bagi hewan yang melakukan fertilisasi internal dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Pada vertebrata yang hidup di air melakukan fertilisasi di luar tubuh (fertilisasi eksternal), contoh ikan dan katak. Yang hidup di darat melakukan pembuahan di dalam tubuh (fertilisasi internal). Pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedangkan pada bangsa burung misalnya bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka (Campbell 2003 : 163).
 Pada hewan yang melakukan fertilisasi internal dikenal adanya 3 macam perkembangan embrio yaitu ovipar atau bertelur yakni bila embrio berkembang di dalam telur. Misalnya  pada jenis-jenis burung dan ikan. Kemudian ovovivipar atau bertelur dan beranak bila embrio berkembang di dalam telur yang di inkubasi dalam tubuh dengan sumber nutrisi berasal dari telur, misalnya pada beberapa jenis ikan hiu. Sedangkan yang terakhir yaitu vivipara atau beranak yakni bila embrio tumbuh dan berkembang di dalam uterus dan mendapat, nutrisi dari induknya melalui plasenya. Misalnya pada beberapa jenis mamalia (Pratiwi, D.A 2003: 164).
Perkembangbiakan secara vegetatif pada hewan dapat dilakukan dengan cara pembelahan sel, pembentukan tunas, fagmentasi, partogenesis dan regenerasi. Perkembangbiakan dengan cara pembelahan sel dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu pembelahan binner, terjadi pada hewan bersel satu, contohnya Amoeba sp, Paramecium sp, dan Euglena sp. Pada pembelahan biner, satu sel induk akan membelah menjadi dua sel anak. Pembelahan multipel adalah satu sel pembelahan sel induk menjadi beberapa anak sel. Contohnya terjadi pada Plasmodium sp. Perkembangbiakan dengan pembentukan tunas (budding) terjadi pada beberapa jenis hewan air, misalnya Hydra sp, ubur-ubur, dan koral. Pembelahan sel tersebut menyebabkan terbentuknya tunas yang masih tetap melekat pada induknya      (Srikini 2008: 41).
Pada umumnya mamalia melahirkan anaknya dan kemudian menyusui anaknya sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya pada hewan paruh bebek (Platypus), bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung, contoh kanguru, anaknya lahir muda (amat premature) kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari puting susu, kemudian menyusu dalam kantung sampai mandiri. Alat reproduksi mamalia jantan contoh pada manusia, yang berkaitan dengan produksi sperma terdiri dari sepasang kelenjar kelamin yang disebut testis yang disimpan dalam kantung disebut skrotum atau kantung pelir. Alat reproduksi mamalia betina contoh pada manusia terdapat sepasang kelenjar kelamin yaitu ovarium yang berfungsi menghasilkan sel telur (Campbell 2003 : 159).

1.2.  Tujuan
                Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari serta mengenal sistem reproduksi hewan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara internal organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim (Srikini 2008: 52).
Reproduksi pada hewan hanya terjadi secara seksual dan aseksual atau bisa bergantian melakukan modus tersebut. Sistem reproduksi pada jantan terdiri dari testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis dan juga epididimis, duktus deferens, kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostat dan bulbouretralis), uretra, dan juga penis yang dilindungi oleh propusium. Bila testis diambil dan diangkat dari skrotum dimana fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8 oC lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh (Campbell 2003: 204)
Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Sedangkan lapis viseralisnya (pembalut peritoneum pada testis dan epididimis) tetap ia bertaut pada kapsula testis dibawahnya, yakni tunika albuginea, lapis viseralis, tunika albuginea terdiri dari mesofel dan jaringan ikat yang melekat pada tunika yaitu tunika albuginea (Dellmann 2001: 486).
Sedangkan sistem reproduksi pada betina terdiri dari ovarium bagian kiri dan kanan serta oviduktus, lazimnya uterus bikornua, reproduksi, serviks, vagina, vestibulum dan kelenjar yang berkaitan. Berperan dalam produksi dan transport ovum, transport yang lainnya yaitu spermatozoa, pembuahan dan akomodasi ovum yang telah dibuahi (conceptus) sampai lahir (partus). Dan gonad berbentuk penebalan memanjang disebut punggungnya gonad (gonadal ridges), terletak pada batas tepi ventrome epitel kubus atau pipih selapis, disebut epitel permukaan (Brown 2001: 487).
Pada mamalia alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, saluran deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostata, uretra dan penis. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan di bungkus oleh skrotum, Skortum berbentuk sebuah kantung yang membungkus testis. Testis tersusun oleh bentukan menyerupai cacing yang disebut epididimis yang merupakan wadah sperma. Epididimis mengeluarkan material yag mampu mempertahankan kehidupan sperma selama penyimpanan didalam testis. dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albugenia. Ukuran testis tergantung pada hewannya. Jika testis tidak turun ke skrotum disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas. Lintasan antara rongga abdomen dan rongga skrotum disebut saluran inguinal (Srikini 2008: 55).
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dan dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih rendah dari suhu tubuh (< 37°C). Saluran reproduksi, tubulus mesonefrus berkembang menjadi duktus eferen kemudian akan menuju epididimis. Epididimis terletak di sekeliling testis. Epididimis anterior (kaput epididimis) lalu ke arah posteriorkorpuus dan kauds yang berbatasan dengan duktus deferen. Duktus wolf menjadi epididimis, duktus deferen, dan vesikula seminalis (Pratiwi 2007: 198).
Pada monotremata mirip dengan yang terdapat pada kura-kura, sedangkan untuk mamalia yang lebih tinggi, penis terletak di sebelah anterior skrotum. Penis adalah organ seksual jantan yang dibungkus oleh kulit yang disebut kalup (prepusium). Lapisan dalam kalup disuplai dengan kelenjar keringat yang mengeluarkan smegma. Uretra pada hewan jantan adalah tabung mukoid yang memanjang mulai dari kandung kemih ke bagian depan penis Pada hewan-hewan yang memiliki musim kawin penghasilan spermanya itu lebih kelihatan giat pada saat musim kawinnya tiba. Adapula penghasilan berlangsung terus-menerus sebelum musim kawin, lalu dicadangkan (Srikini 2008: 53).
Jika tiba musim kawin dikeluarkan sekaligus semuanya, sesuai dengan betina yang pada waktu itu mengeluarkan pula semua telurnya sekalinya dalam sekaligus. Pada eutheria (placentalia) jumlah sperma yang dihasilkan jutaan ekor setiap harinya oleh kedua belah testis. Sperma itu dicadangkan dalam duktus epididimis dan vas deferens. Kalau saatnya dikeluarkan sperma itu terendam dalam cairan yang dihasilkan olehnya. Tubuli seminiferi (sedikit) dan kelenjar-kelenjar tambahan, yakni vesikula seminalis, bulbourethralis dan juga prostate. Cairan (plasma) bersama sperma yang dikandung disebut dengan mani (Dellmann dan Brown 2002 : 462).
Pada Pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa. Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus (Pratiwi 2007: 200).
Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium (Srikini 2008: 50).
Zigot dengan potensi genetis yang baru dan dengan susunan sitoplasma yang baru siap untuk memulai pembuahannya dan pembentukannya individu yang multiseluler. Pada setiap hewan proses ini disebut dengan pembelahan atau cleavage, dimana sitoplasma dan nukleus dibagi-bagi menjadi pembelahan, pada pembelahan zigot ini tidak terjadi proses tumbuh sel anaknya makin lama makin kecil pembelahan tanpa tumbuh ini tercapai dengan absennya fase interfase antara 2 pembelahan dan pembelahan nukleus yang tidak kelihatannya pada katak. Periode pembelahan ini akan berakhir dengan terbentuknya blastula, suatu stadium dalam perkembangan hewan (Dellmann dan Brown 2002: 115).
Sistem Genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis) Testis adalah gonad yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah cranial testes di temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara) (Srikini 2008: 59).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 24 Februari 2012, pukul 13.15 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2.Alat dan Bahan
         Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baki bedah, gunting bedah, jarum penusuk, dan pinset. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kloroform, Cyprinus carpio jantan dan betina, Mus musculus jantan dan betina, dan Rana sp jantan dan betina.

3.3.Cara Kerja
         Disiapkan alat dan bahan di atas meja. Pada hewan yang dibawa, dimatikan atau dipingsankan terlebih dahulu. Pada katak, dimasukkan ke dalam killing jar yang diberi kloroform dan mencit dengan cara dislokasi leher. Diletakkan bahan diatas baki bedah dan digunakan jarum penusuk untuk menusuk hewan tersebut. Digunakan gunting bedah dan pinset untuk membedah bahan atau hewan yang dibawa. Dilakukan hingga organ dalam bahan yang dibawa terlihat jelas. Sistem reproduksi dari tiap-tiap bahan (jantan dan betina) diperhatikan dan digambar. Kemudian diberi keterangan pada gambar yang sudah dibuat.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi :
Kingdom         : Animalia
Divisio/Filum  : Chordata
Class                : Mamalia
Ordo                : Rodentia
Family             : Muriidae
Genus              : Mus
Spesies            : Mus musculus
Nama               : Mencit

 


a. Mus musculus (jantan)










 
4.1.Hasil









  

 















Deskripsi :
Semua mamalia pembuahannya bersifat internal. Baik mamalia jantan maupun mamalia betina telah memiliki alat kelamin luar. Telur mamalia dihasilkan oleh ovarium. Telur ini hanya memiliki sedikit makanan, setelah telur dibuahi akan dihasilkan zigot. Selanjutnya zigot akan menempel pada dinding rahim yang berkembang menjadi fetus. Selama berkembang fetus ini, zigot memerlukan banyak zat makanan. Mencit jantan mempunyai alat perkembangbiakan yang terdiri dari sepasang testis yang berfungsi sebagai penghasil sperma. Saluran Vas deferens sebagai saluran sperma dan penis yang merupakan alat untuk memesukan sperma kesaluran kelamin betina. Pada proses pembuahan, didalam saluran sel telur terjadi peleburan spermatozoid dan sel telur yang menghasilkan yang menghasilkan zigot, kemudian bergerak menuju rahim (uterus) dan menempel pada dinding rahim. Sedangkan pada mencit betina terdapat uterus yang merupakan bagian alat     kelamin betina tempat pertumbuhan dan perkembangan calon individu baru      (Brotowidjoyo 1990 : 195).

 















 







































































Deskripsi :
Ikan  nila  (Oreochormis niloticus) merupakan  jenis  ikan  konsumsi  air tawar  dengan  bentuk  tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila adalah jenis ikan Sychlidae yang bertipe mouthbreeder yang artinya menjaga telur di dalam mulut sampai menetas. Ciri-ciri kelamin dari ikan nila yang sudah matang gonad adalah berumur 1 tahun dan pada kelamin memerah pada kedua induk. Pada jantan kelaminnya tidak lancip, sedangkan pada betina lancip dengan perut membuncit dan ketika ditekan akan keluar sel telur berwarna kuning. Hal ini diikuti dengan tingkah laku jantan yang aktif dan betina yang pasif. Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan sebagai tempat persiapan fertilisasi.
Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap kawin. Ketika keduanya sudah bertemu dan cocok, maka keduanya akan memisahkan diri. Jika ada ikan pejantan lain yang mendekat, maka jantan akan mengejar dan menyerang. Setelah itu keduanya saling mencumbu dengan cara berkejar-kejaran. Setelah selesai bercumbu, betina akan melepaskan sel telur pada cekungan yang sebelumnya sudah dibuat dan dibersihkan oleh sang jantan. Setelah itu jantan juga mengeluarkan sperma pada tempat yang sama dan terjadilah fertilisasi eksternal. Setelah pembuahan terjadi, maka betina akan memasukkan telur-telur tersebut ke dalam rongga mulutnya. Setelah itu jantan pergi. Telur-telur ini akan dipelihara di dalam mulut betina selama 3-5 hari sampai menetas. Dan anak-anak ikan nila (burayak) tersebut akan terus dijaga oleh induk betina sampai benar-benar mandiri      (Kuncoro, 2003).

 





































BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang berjudul Reproduksi Hewan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.         Perkembangbiakan pada hewan terbagi atas 2 macam yaitu perkembangbiakan  secara vegetatif  (aseksual) dan secara generatif (seksual).
2.         Letak perbedaan antara Mus musculus jantan dan betina adalah pada bentuk tubuhnya, dimana jantan mempunyai bentuk tubuh dengan ukuran yang kecil sedangkan pada betina mempunyai bentuk tubuh dengan ukuran yang agak besar.
3.         Semua mamalia pembuahannya bersifat internal, baik mamalia jantan maupun mamalia betina telah memiliki alat kelamin luar.
4.         Pembuahan pada  Rana sp berlangsung diluar tubuh, tetapi katak tidak mempunyai alat kelamin luar.
5.         Perbedaan antara Oreochornis niloticus betina dan jantan adalah terletak pada jumlah lubang, dimana pada jantan terdapat 1 lubang dan pada betina terdapat 2 lubang.













DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Hewan. http://id.wikipedia.org/wiki/ Anatomi dan Fungsi Reproduksi Hewan.
Brotowidjoyo. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta Erlangga.
Campbell, Reece Mitchell. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Dellmann dan Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta : UI-Press.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Kuncoro, E.B. 2002. Ikan Siklid. Jakarta: Penebar Swadaya.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga.
















LAMPIRAN

  
                               Mencit                                                          Katak

     
                         Ikan Nila betina                                     Ikan Nila jantan










LAMPIRAN
Klasifikasi :
  1. Ikan Nila
Kingdom         : Animalia
Filum/Divisio  : Chordata
Class                : Osteichthyes
Ordo                : Percomorphi
Family             : Cichlidae
Genus              : Oreochormis
Spesies            : Oreochormis niloticus
  1. Katak
Kingdom         : Animalia
Filum/Divisio : Chordata
Class                : Amfibia
Ordo                : Anura
Family             : Ranidae
Genus              : Rana
      Spesies            : Rana cancrivora
  1. Mencit
Kingdom         : Animalia
Filum/Divisio  : Chordata
Class                : Mamalia
Ordo                : Rodentia
Family             : Muriidae
Genus              : Mus
      Spesies            : Mus musculus