BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Populasi adalah suatu kelompok
individu yang terlokalisir yang digolongkan sebagai spesies yang sama. Spesies
adalah suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk
saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur dialam bebas. Suatu
populasi mungkin terisoilasi dari populasi lain dari yang berspesies sama.
Namun demikian, populasi juga tidak selalu terisolasi. Individu yang berada
dekat dengan pusat populasinya, secara rata-rata, lebih erat hubungan
kekerabatannya satu sama lain dibandingkan dengan anggota populasi lainnya
(Campbell 2002 :21-22).
Bidang genetika yang mempersoalkan
konsep-konsep populasi dikenal sebagai genetika populasi. Kita tidak saja
merupakan individual-individual biologis dengan sifat-sifat yang ditentukan
oleh konstitusi genetic kita sendiri, tetapi juga merupakan anggota suatu
kelompok organisme hidup. Konstitusi genetik kolektif dari suatu populasi
dinyatakan sebagai suatu pusat gen (gen pool). Perhatian kita kepada
sifat pusat-pusat gen didasarkan fakta bahwa frekuensi gen-gen yang merugikan
merupakan keresahan khusus bagi anggota-anggota suatu populasi. Perkiraan mengenai
frekuensi gen menghasilkan informasi terhadap bahaya pembelahan dan ekspresi
mutasi-mutasi ini oleh individual–individual anggota populasi itu bagi
generasi-generasi yang akan datang
(Afandi 1995 : 72).
Genetika populasi ialah cabang dari
genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara
matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah
suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan
(sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan
antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool)
adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam
anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang
mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana
makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai
kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan
evolusi dalam populasi (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang
ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman)
secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen
yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal
sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan
bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik
frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi
seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan
berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau
factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak
secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya
selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang
biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling
beda dan berlainan pula dari salah satu
tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”,
maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi
anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh
sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka
mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman ciri-ciri
teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya dan bahkan
orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara
kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang
disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan
oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari
setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat
terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu
gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis
(Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel
yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap
alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada heterozigot,
satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi), atau
kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi tak lengkang
atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada
tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi
terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum
Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara
aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang
berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh
yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim
kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara
ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum untuk
mengetahui variasi ukuran yang terjadi pada kacang merah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kumpulan gen pada suatu populasi
dalam periode tertentu disebut kumpulan gen (gene pool) populasi itu. Kumpulan
gen ini terdiri atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua
individu yang menyusun populasi tersebut. Para ahli genetika populasi
menggunakan istilah struktur genetic untuk menyatakan frekuensi alel dan
genotipe dalam populsi. Kumpulan gen lebih kompleks dijelaskan oleh teorema
Hardy-weinberg yang diambil dalam nama dua sintis yang secara terpisah
menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. teoritis tersebut menyatakan bahwa
frekuensi alel dan genotif dalam kumpulan gen dalam suatu populasi tetap
konstan selama beberapa generasi kecuali
kalau ada yang bertindak sebagai agen lain sebagai rekombinasai seksual. Dengan
kata lain, pergeseran seksual auatu alel akibat melodis dan fertilisasi acak
tidak akan berpengaruh pada keseluruhan struktur metosis suatu populasi
(Campbell 2002 :21-22).
Sebelum Mendel sesungguhnya sudah
banyak juga dilakukan pengamatan genetik terhadap berbagai tanaman, yang
tujuannya untuk mendapat varietas buah dan sayur yang lebih bermutu dan
menghasilkan banyak. Tetapi mereka belum mencapai suatu rumusan khusus utnuk
suatu macam karakter. Mereka hanya bisa menyebut bahwa suatu karekter itu
bersifat hereditas atau hanya bersifat pengaruh lingkungan (modifikasi) atau suatu
karekter yang hereditas itu lebih kuat dari yang lain
(Wildan 1986:73).
Keputusan Mendel untuk bekerja dengan
ercis sangat tepat. Tanaman ini kuat dan tumbuh cepat. Sebagaimana pada banyak
tanaman polong, daun bunganya seluruhnya menutupi organ-organ seksnya. Benang
sari menghasilkan serbuk sari (yang membawa gamet-gamet) jantan) dan putik
menghasilkan gamet-gamet betina yaitu telur. Walau kadang-kadang serangga dapat
masuk kedalam organ-organ seks, namun biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
Mendel dapat membuka kuncup-kuncupnya dan membuang benang sari sebelum menjadi
masak. Kemudian dengan menyapu-nyapukan serbuk sari dari tanaman lain pada
putik, maka dapat berlangsung penyerbukan silang (Kimball 1998:220).
Pilihannya atas ercis tepat juga
karena terdapat banyak varitas yang berlainan secara nyata. Beberapa
menghasilkan (setelah kering) biji-biji keriput. Yang lain menghasilkan
biji-biji mulus, bulat. Beberapa lagi bijinya membentuk kotiledon hijau (organ
penyimpan makanan), yang lain, biji kotiledon kuning. Beberapa membentuk polong
hijau yang lain polongnya kuning. Ciri-ciri berpasang-pasangan ini dipilih
Mendel untuk ditelaah karena demikian mudah dibedakannya dan karena dari
generasi kegenerasi tanaman itu “bred true” artinya selama dipelihara
secara penyerbukan sendiri yang biasa, varietas-varietas ini terus menghasilkan
keturunan yang identik dengan induknya dalam sifat-sifat yang sedang ditelaah
(Kimball 1998:220).
Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada
varietas ercis Mendel ini, yatiu ukuran daun dan ukuran bunga. Secara bijaksana
diabaikan sifat-sifat ini dalam telaahnhya karena dapat menyukarkan pilihan
dalam klasifikasinya. Ercis menghasilkan biji bulat atau biji keriput tidak ada
tipe-tipe perantara. Sebaliknya, ukuran daun bunga sangat beragam. Tidak hanya
dua kategori berbeda. Jadi keputusan mendel untuk membatasi jangkauan
percobaannya tentu saja merupakan factor penting dalam keberhasilannya.
Hukum Mendel I : “Pemisahan gen Alel”.
Dalam bahas Inggris disebut segregation of allelic genes. Peristiwa
pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet tindividu yagn memiliki
genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Hukum
ini disebut juga hukum Segregasi. Berdasarka percobann menyilangkan 2 individu yagn memiliki karakter berbeda : Monohibrid
(Wildan 1986 :74).
Hukum Mendel II : “Pengelompokan
secara bebas”. Dalam bahasa Inggris Independent assortment of genes. Hukum
ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi
lemasing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada
dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua
atau lebih karakter berbeda (Wildan 1986 : 74).
Genetika populasi ialah cabang dari
genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara
matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah
suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan
(sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan
antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool)
adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam
anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang
mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana
makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai
kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan
evolusi dalam populasi (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang
ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman)
secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen
yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal
sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan
bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik
frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi
seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan
berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau
factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak
secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya
selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang
biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling
beda dan berlainan pula dari salah satu
tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”,
maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi
anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh
sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka
mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman
ciri-ciri teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya
dan bahkan orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara
kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang
disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan
oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari
setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat
terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu
gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis
(Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel
yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap
alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada
heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya
(dominasi), atau kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi
tak lengkang atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada
tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi
terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora
(hukum Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara
aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang
berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh
yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim
kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif
diantara ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 9 Maret 2007 pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di
laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan
Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain : Jangka sorong (ketelitian 0,05
mm), Kertas grafik, kantung plastik, kacang merah, spidol dan timabangan OHAUS
centogram (ketelitian 0,01 gram).
3.3. Cara
Kerja
Bagilah kertas grafik dijadikan 25
bagian dengan spidol, panjang dibagi 10, lebar 5. diberi nomor pada tiap kotak
mulai 1-25, kemudian diberi nomor pada kacang merah mulai dari 1-25. Panjang
diukur (dalam mm) pada kotak dengan nomor yang sesuai, kemudian kacang yang telah diukur diletakkan pada kotak
tadi. kemudian 10 kacang dari nomor 1-10 ditimbang, dan beratnya dicatat (dalam
gram) pada kotak yang sesuai dengan nomornya.
3.4
Analisis Data
Metode Praktikum kali
ini menggunakan metode Kuantitatif.
4.2.Pembahasan
Dari hasil penimbangan perhitungan,
dan analisis pada percobaan, menentukan variasi ukuran kacang merah (ercis) yang menggunakan 125 variasi
panjang yang menghasilkan 7 sampel dan
50 variasi berat yang menghasilkan 5 sampel dapat disimpulkan bahwa adanya variasi sinambung suatu
sifat dalam populasi (populasi kacang
merah) jadinya dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang
mengendalikannya adalah beberapa pasang gen, yang efek-efeknya digabung bersama
(teori tentang pewarisan pilogenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ekstrim
disilangkan, maka keturunannya bersifat intermediet. Bila dua tipe intermediet
disilangkan, kebanyakan keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe
ekstrim juga ada hasil persilangan acak dalam populasi besar akan merupakan
dalam kisaran luas tipe-tipe dengan
jumlah terbesar dalam kisaran tengah dan
jumlah yang terkecil pada ekstrim-ekstrimnya. Ketika efek ini sebenarnya
diamati terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada makhluik
hidup (Campbel 2002:229).
Pewarisan satu pasangan gen sama
sekali tidak bergantung pada pewarisan
lainnya (hukum penilaian bebas). Demikian juga bila dua pasang gen yang bersangkutan terdapat pada
kromosom-kromosom terpisah atau agak
berjauhan pada kromosom yang sama
beberapa sifat secara aditif dikendalikan oleh lebih dari satu pasang alel.
Pewarisan pilogenik atau faktor berganda
sedemikian itu merupakan kekhasan sifat
yang menimbulkan variasi, sebagai contoh berat tubuh yang cenderung
beragam dalam suatu cara yang
sinambung dari suatu ekstrim
kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai satu
fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya
(Campbell 2002:229-230).
Suatu organisme dengan sepasang alel
yang identik untuk sifat tertentu dinamakan bersifat homozigot terhadap
alelnya, sebaliknya sesuatu dengan alel yang lain berbeda, sebagai heterozigot.
Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya
(dominasi) atau kedua-dua alel itu dapat berpengaruh terhadap pengaruhnya
(dominasi tidak lengkap) (Campbell 2002:229).
Arti dari perbandingan panjang atau berat
yang harganya besar bila dibandingkan dengan yang harganya kecil dari 125
variasi panjang yang menghasilkan 7 sampel dan 50 variasi berat yang
menghasilkan 5 sampel adalah pasangan alel dari yang harganya besar merupakan
alel homozigot terhadap pasangan alel yang berasal dari harganya kecil adalah
pasangan alel heterozigot sehingga perbandingan panjang atau berat harganya ada
yang besar dan ada yang kecil (Campbell 2002 : 229).
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Biologi Umum II yang berjudul Menentukan
Variasi Ukuran Kacang Merah yang telah dilaksanakan kita dapat mengambil
beberapa kesimpulan yaitu:
- Dalam suatu populasi terdapat banyak variasi ukuran, khususnya pada kacang merah (Phaseolus vulgaris) mempunyai variasi ukuran panjang dan berat yang berbeda pada setiap biji.
- Pada kacang merah banyak terdapat variasi yang berlainan baik dari segi ukuran maupun dari segi berat.
- Didalam populasi kacang merah terdapat adanya variasi sinambung suatu sifat yang dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalikannya adalah beberapa pasang gen.
DAFTAR PUSTAKA
Apandi Muchida.1997. Dasar
Genetika Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta
Campbell,Reece Mitchell. 2002.
Biologi. Erlangga : Jakarta
Kimball, J.W. 1998. Biologi
Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta
Kusdiharti. 1996. Genetika
Tumbuh-Tumbuhan. UGM : Yogyakarta
Gardener, Simons, Snutad. 1996.
Principle Of Genetics. John Wily and Sars Inc : Canada
Yatim, Wildan. 1986.Genetika.
Tarsito : Bandung.
ABSTRAK
Praktikum yang
berjudul “ Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah “ bertujuan untuk mengetahui
panjang dari 125 kacang, dan berat dari 50 kacang. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2006 pukul 10.30-13.00 WIB. Bertempat di
laboraturium Zoologi, jurusan Biolgi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya. Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, mistar, timbangan
OHAUS, spidol, kertas grafik, kantong plastik, dan kertas label. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah 125 kacang memiliki ukuran yang berbeda dan dari 50
kacang memiliki berat yang berbeda, yang tercangkup dalam kelompok
masing-masing. Namun dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari banyak kacang merah
yang diamati banyak terdapat variasi yang berbeda.
Semoga ini bermanfaat ..
BalasHapus