Rabu, 29 Februari 2012

Menguji Varietas Kacang Merah

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

Populasi adalah suatu kelompok individu yang terlokalisir yang digolongkan sebagai spesies yang sama. Spesies adalah suatu kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur dialam bebas. Suatu populasi mungkin terisoilasi dari populasi lain dari yang berspesies sama. Namun demikian, populasi juga tidak selalu terisolasi. Individu yang berada dekat dengan pusat populasinya, secara rata-rata, lebih erat hubungan kekerabatannya satu sama lain dibandingkan dengan anggota populasi lainnya (Campbell 2002 :21-22).
Bidang genetika yang mempersoalkan konsep-konsep populasi dikenal sebagai genetika populasi. Kita tidak saja merupakan individual-individual biologis dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh konstitusi genetic kita sendiri, tetapi juga merupakan anggota suatu kelompok organisme hidup. Konstitusi genetik kolektif dari suatu populasi dinyatakan sebagai suatu pusat gen (gen pool). Perhatian kita kepada sifat pusat-pusat gen didasarkan fakta bahwa frekuensi gen-gen yang merugikan merupakan keresahan khusus bagi anggota-anggota suatu populasi. Perkiraan mengenai frekuensi gen menghasilkan informasi terhadap bahaya pembelahan dan ekspresi mutasi-mutasi ini oleh individual–individual anggota populasi itu bagi generasi-generasi yang akan datang  (Afandi 1995 : 72).
Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan evolusi dalam populasi  (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman) secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling beda dan berlainan  pula dari salah satu tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”, maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman ciri-ciri teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya dan bahkan orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis (Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi), atau kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi tak lengkang atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum untuk mengetahui variasi ukuran yang terjadi pada kacang merah.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Kumpulan gen pada suatu populasi dalam periode tertentu disebut kumpulan gen (gene pool) populasi itu. Kumpulan gen ini terdiri atas semua alel pada semua lokus gen yang terdapat pada semua individu yang menyusun populasi tersebut. Para ahli genetika populasi menggunakan istilah struktur genetic untuk menyatakan frekuensi alel dan genotipe dalam populsi. Kumpulan gen lebih kompleks dijelaskan oleh teorema Hardy-weinberg yang diambil dalam nama dua sintis yang secara terpisah menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. teoritis tersebut menyatakan bahwa frekuensi alel dan genotif dalam kumpulan gen dalam suatu populasi tetap konstan selama beberapa  generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen lain sebagai rekombinasai seksual. Dengan kata lain, pergeseran seksual auatu alel akibat melodis dan fertilisasi acak tidak akan berpengaruh pada keseluruhan struktur metosis suatu populasi (Campbell 2002 :21-22).
Sebelum Mendel sesungguhnya sudah banyak juga dilakukan pengamatan genetik terhadap berbagai tanaman, yang tujuannya untuk mendapat varietas buah dan sayur yang lebih bermutu dan menghasilkan banyak. Tetapi mereka belum mencapai suatu rumusan khusus utnuk suatu macam karakter. Mereka hanya bisa menyebut bahwa suatu karekter itu bersifat hereditas atau hanya bersifat pengaruh lingkungan (modifikasi) atau suatu karekter yang hereditas itu lebih kuat dari yang lain
(Wildan 1986:73).
Keputusan Mendel untuk bekerja dengan ercis sangat tepat. Tanaman ini kuat dan tumbuh cepat. Sebagaimana pada banyak tanaman polong, daun bunganya seluruhnya menutupi organ-organ seksnya. Benang sari menghasilkan serbuk sari (yang membawa gamet-gamet) jantan) dan putik menghasilkan gamet-gamet betina yaitu telur. Walau kadang-kadang serangga dapat masuk kedalam organ-organ seks, namun biasanya terjadi penyerbukan sendiri. Mendel dapat membuka kuncup-kuncupnya dan membuang benang sari sebelum menjadi masak. Kemudian dengan menyapu-nyapukan serbuk sari dari tanaman lain pada putik, maka dapat berlangsung penyerbukan silang (Kimball 1998:220).
Pilihannya atas ercis tepat juga karena terdapat banyak varitas yang berlainan secara nyata. Beberapa menghasilkan (setelah kering) biji-biji keriput. Yang lain menghasilkan biji-biji mulus, bulat. Beberapa lagi bijinya membentuk kotiledon hijau (organ penyimpan makanan), yang lain, biji kotiledon kuning. Beberapa membentuk polong hijau yang lain polongnya kuning. Ciri-ciri berpasang-pasangan ini dipilih Mendel untuk ditelaah karena demikian mudah dibedakannya dan karena dari generasi kegenerasi tanaman itu “bred true” artinya selama dipelihara secara penyerbukan sendiri yang biasa, varietas-varietas ini terus menghasilkan keturunan yang identik dengan induknya dalam sifat-sifat yang sedang ditelaah (Kimball 1998:220).
Ada ciri-ciri lain yang berbeda pada varietas ercis Mendel ini, yatiu ukuran daun dan ukuran bunga. Secara bijaksana diabaikan sifat-sifat ini dalam telaahnhya karena dapat menyukarkan pilihan dalam klasifikasinya. Ercis menghasilkan biji bulat atau biji keriput tidak ada tipe-tipe perantara. Sebaliknya, ukuran daun bunga sangat beragam. Tidak hanya dua kategori berbeda. Jadi keputusan mendel untuk membatasi jangkauan percobaannya tentu saja merupakan factor penting dalam keberhasilannya.
Hukum Mendel I : “Pemisahan gen Alel”. Dalam bahas Inggris disebut segregation of allelic genes. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet tindividu yagn memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Hukum ini disebut juga hukum Segregasi. Berdasarka percobann menyilangkan  2 individu yagn memiliki karakter berbeda : Monohibrid (Wildan 1986 :74).
Hukum Mendel II : “Pengelompokan secara bebas”. Dalam bahasa Inggris Independent assortment of genes. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi lemasing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki dua atau lebih karakter berbeda (Wildan 1986 : 74).
Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi, yang menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam organisme, dan dari situ dapat diambil cuplikan (sample). Semua makhluk merupakan suatu masyarakat sebagi hasil dari perkawinan antara spesies dan mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) adalah jumlah dari semua alel yang berlainan atau keterangan genetic dalam anggota dari populasi yagn membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai hubungan dengan alel lainnya dan dengan lingkungan dimana makhluk-makhluk itu berada. Factor-faktor lingkungan, seperti seleksi mempunyai kecenderungan untuk merubah frekuansi dan dengan demikian akan memnyebabkan perubahan evolusi dalam populasi  (Afandi 1995:74).
Dalam tahun 1908 G.H. Hardy ( seorang ahli matematika asal Inggris) dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa Jerman) secara terpisah menemukan dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen yang ada dalm populasi. Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsip Ekuilibrium Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa didalam populasi yang ekuilibrium (dalam keseimbangan), maka baik frekuensi maupun frekuensi genotip akan tetap dari satu generasi ke generasi seterusnya. Ini dijumpai dalam populasi yang besar, diman perkawinan berlangsung secara acak (random) dan tidak ada pilihan/pengaturan atau factor lain yang dapat merunbah frekuensi gen (Kusdiharti 1996:373).
Bila mahluk hidup berkembangbiak secara aseksual , keturunannya berkembang menjadi salinan tepat dari induknya selama mereka dibesarkan dalam keadaan yang sama, sebaliknya apabila berkembang biak secara seksual, maka keturunannya mengembangkan cirri-ciri yang saling beda dan berlainan  pula dari salah satu tetuannya. Bila anjing “collie” kawin dengan ajing “German Shepherd”, maka keturunannya itu anjung-anjing, bukan spesies hewan yang lain. Akan tetapi anjing itu bukan “collie” bukan pula “German Shephered”. Jauh sebelum biologiwan menemukan banyak fakta tentang mitosis dan meosis, mereka mencoba menemukan aturan-aturan (kaidah) yang dapat menerangkan bagaiman ciri-ciri teramati pada keturunan itu berkaitan dengan yang dimiliki induknya dan bahkan orang tua induknya (Kimball 1998:218).
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu orgasnisme dikendalikan oleh entit, abstrak yang disebut gen. pada organisme diploid, setiap sifat-sifat fenotip dikendalikan oleh setidaknya satu pasang gen, satu anggota pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotipnya maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternative suatu gen tunggal seperti misalnya gen yang mengendalikan warna pada biji ercis (Kimball 1998:229).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigot terhadap alelnya, satu dengan alel yang berlainan, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi), atau kedua alel itu dapat berpengaruh terhadap fenotipnya (dominasi tak lengkang atau kodominasi) (Kimball 1998:22).
Bilamana gamet-gamet (spora pada tumbuhan) terbentuk karena meiosis, pasangan-pasangan gen menjadi terpisah-pisah dan distribusikan satu-satu kepada setiap gamet atau spora (hukum Mendel tentang segregasi) (Gardner 1996:567).
Beberapa sifat dikendalikan secara aditif oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan poligenik atau faktor yang berganda sedemikian itu merupakan kekhasan sifat, sebagai contoh, berat tubuh yang cenderung beragam dalam suatu cara yang sinambung dari suatu ekstrim kepada yang lain, dengan sebagian besar individunya mempunyai suatu fenotif diantara ekstrim-ekstrimnya (Gardner 1996 : 567)










BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 9 Maret 2007 pukul 08.00-10.00 WIB. Bertempat di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain : Jangka sorong (ketelitian 0,05 mm), Kertas grafik, kantung plastik, kacang merah, spidol dan timabangan OHAUS centogram (ketelitian 0,01 gram).

3.3. Cara Kerja

Bagilah kertas grafik dijadikan 25 bagian dengan spidol, panjang dibagi 10, lebar 5. diberi nomor pada tiap kotak mulai 1-25, kemudian diberi nomor pada kacang merah mulai dari 1-25. Panjang diukur (dalam mm) pada kotak dengan nomor yang sesuai, kemudian  kacang yang telah diukur diletakkan pada kotak tadi. kemudian 10 kacang dari nomor 1-10 ditimbang, dan beratnya dicatat (dalam gram) pada kotak yang sesuai dengan nomornya.

3.4        Analisis Data

       Metode Praktikum kali ini menggunakan metode Kuantitatif.







































4.2.Pembahasan

Dari hasil penimbangan perhitungan, dan analisis pada percobaan, menentukan variasi ukuran kacang merah  (ercis) yang menggunakan 125 variasi panjang  yang menghasilkan 7 sampel dan 50 variasi berat yang menghasilkan 5 sampel dapat disimpulkan  bahwa adanya variasi sinambung suatu sifat  dalam populasi (populasi kacang merah) jadinya dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalikannya adalah beberapa pasang gen, yang efek-efeknya digabung bersama (teori tentang pewarisan pilogenik). Hal ini menyatakan bahwa dua tipe ekstrim disilangkan, maka keturunannya bersifat intermediet. Bila dua tipe intermediet disilangkan, kebanyakan keturunannya intermediet juga, tetapi beberapa tipe ekstrim juga ada hasil persilangan acak dalam populasi besar akan merupakan dalam kisaran  luas tipe-tipe dengan jumlah terbesar  dalam kisaran tengah dan jumlah yang terkecil pada ekstrim-ekstrimnya. Ketika efek ini sebenarnya diamati terhadap kebanyakan kasus tentang variasi kuantitatif pada makhluik hidup (Campbel 2002:229).
Pewarisan satu pasangan gen sama sekali tidak bergantung  pada pewarisan lainnya (hukum penilaian bebas). Demikian juga bila dua pasang gen  yang bersangkutan terdapat pada kromosom-kromosom terpisah atau agak  berjauhan pada kromosom yang  sama beberapa  sifat secara aditif  dikendalikan oleh lebih dari satu pasang alel. Pewarisan pilogenik  atau faktor berganda sedemikian itu merupakan  kekhasan sifat yang menimbulkan variasi, sebagai contoh berat tubuh yang  cenderung  beragam dalam suatu cara yang  sinambung dari suatu ekstrim  kepada yang lain dengan sebagian besar individunya mempunyai satu fenotif  diantara ekstrim-ekstrimnya (Campbell 2002:229-230).
Suatu organisme dengan sepasang alel yang identik untuk sifat tertentu dinamakan bersifat homozigot terhadap alelnya, sebaliknya sesuatu dengan alel yang lain berbeda, sebagai heterozigot. Pada heterozigot, satu alel dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominasi) atau kedua-dua alel itu dapat berpengaruh terhadap pengaruhnya (dominasi tidak lengkap) (Campbell 2002:229).
Arti dari perbandingan panjang atau berat yang harganya besar bila dibandingkan dengan yang harganya kecil dari 125 variasi panjang yang menghasilkan 7 sampel dan 50 variasi berat yang menghasilkan 5 sampel adalah pasangan alel dari yang harganya besar merupakan alel homozigot terhadap pasangan alel yang berasal dari harganya kecil adalah pasangan alel heterozigot sehingga perbandingan panjang atau berat harganya ada yang besar dan ada yang kecil (Campbell 2002 : 229).





















BAB V
KESIMPULAN


Dari hasil praktikum Biologi Umum II yang berjudul Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah yang telah dilaksanakan kita dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu:
  1. Dalam suatu populasi terdapat banyak variasi ukuran, khususnya pada kacang merah (Phaseolus vulgaris) mempunyai variasi ukuran panjang dan berat yang berbeda pada setiap biji.
  2. Pada kacang merah banyak terdapat variasi yang berlainan baik dari segi ukuran maupun dari segi berat.
  3. Didalam populasi kacang merah terdapat adanya variasi sinambung suatu sifat yang dapat diterangkan dengan mengasumsikan bahwa yang mengendalikannya adalah beberapa pasang gen.

















DAFTAR PUSTAKA


Apandi Muchida.1997. Dasar Genetika Edisi Kedua. Erlangga : Jakarta
Campbell,Reece Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga : Jakarta
Kimball, J.W. 1998. Biologi Edisi Kelima. Erlangga : Jakarta
Kusdiharti. 1996. Genetika Tumbuh-Tumbuhan. UGM : Yogyakarta
Gardener, Simons, Snutad. 1996. Principle Of Genetics. John Wily and Sars Inc : Canada
Yatim, Wildan. 1986.Genetika. Tarsito : Bandung.











ABSTRAK


Praktikum yang berjudul “ Menentukan Variasi Ukuran Kacang Merah “ bertujuan untuk mengetahui panjang dari 125 kacang, dan berat dari 50 kacang. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 21 Maret 2006 pukul 10.30-13.00 WIB. Bertempat di laboraturium Zoologi, jurusan Biolgi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jangka sorong, mistar, timbangan OHAUS, spidol, kertas grafik, kantong plastik, dan kertas label. Sedangkan bahan yang digunakan adalah 125 kacang memiliki ukuran yang berbeda dan dari 50 kacang memiliki berat yang berbeda, yang tercangkup dalam kelompok masing-masing. Namun dapat ditarik kesimpulan, bahwa dari banyak kacang merah yang diamati banyak terdapat variasi yang berbeda. 




1 komentar: